Lima 5 Langkah Menghidupkan Dialog dalam Cerita
Tips menghidupkan dialog
Dalam sebuah
cerita, terasa hambar jika tak memiliki dialog, bukan? Novel tanpa percakapan bagaimana
bisa? Tentulah terasa hambar. Bagai makan sambel tanpa cabe, aneh!
Tapi berbeda jika
cerpen tanpa dialog, rasanya masih bisa ditoleransi. Namun jika novel yang memiliki
beratus-ratus halaman pati akan timbul rasa malas untuk membacanya. Bagaimana bisa
kita membayangkan suatu tokoh jika tak ada dialog di dalamnya? Yang ada kita
pusing membacanya!
Karena … fungsi
dialog dalam cerita adalah lebih membuat kesan tokoh kita nyata, lebih hidup,
dan bisa dibayangkan oleh pembaca.
Dan yeah, membuat
dialog dalam cerita juga butuh latihan terus menerus, kesabaran. Tidak langsung
dialog kita menjadi bagus. Karena kunci menjadi penulis yang profesional itu
nyatanya terletak pada latihan terus menerus, latihan disini adalah menulis
terus, kalau bisa setiap hari!
Baiklah, beberapa
tips yang bisa saya berikan agar dialog dalam cerita kita terkesan hidup dan
bisa membuat pembaca terhanyut.
1. Tips menghidupkan
dialog yang pertama adalah tidak membuat dialog yang bertele-tele
Wahh, maksudnya bagaimana? Misalnya seperti ini, “Rasanya
tenggorokkanku begitu kering bagai pasir di pantai. Kulitku mulai menghitam
karena terik matahari yang begitu panas. Ais! Rasanya aku ingin menenggelamkan
tubuhku di laut itu!”
Coba bayangkan, apa ada orang yang berdialog seperti
itu? Rasanya tidak ada.
Namun coba bandingkan dengan ini:
Cuaca begitu panas, rasanya aku ingin berenang bebas
di pantai. Aku menatap kedua lenganku secara bergantian, “Sial! Kulitku menghitam
dan sekarang aku merasa haus.”
Terasa lebih hidup, bukan? Lebih kurang seperti itu
contohnya!
2. Tips yang kedua
adalah seringlah menonton film, drama, atau bahkan membaca novel. Pahamilah bagaimana
mereka menampilkan dialog mereka. Dalam novel seringkali kita melihat kata-kata
seperti ini: ujarnya, katanya, ucapnya, dan lain-lain. Itu tidak masalah! Pembaca
tak masalah jika penulis menampilkan kalimat seperti itu! Namun bolehlah
sesekali diselingi dengan bisiknya, tambahnya, pekiknya, teriaknya, bantahnya,
jelasnya, dan lain-lain. Dengan menggunakan beberapa variasi kata penjelas
tadi, kemungkinan cerita kamu akan menjadi lebih asyik, lho!
3. Tips yang ketiga
untuk menghidupkan dialog adalah jika sedang tokoh berdialog, bisa dikatakan jika
terdapat dua tokoh, betul? Nah, buatlah pendapat mereka bertolak belakang,
maksudnya seperti ini, buatlah tokoh pertama kalian tidak menyetujui perkataan tokoh
kedua, atau sebaliknya. Singkatnya jangan membuat mereka sepakat. Mengapa? Karena
jika tokoh saling sepakat rasanya seperti datar-datar saja, bukan?
Misalnya seperti ini:
“Airin, maafin gue. Kesalahan gue emang nggak patut
buat dimaafin ….” Hito berucap dengan pandangan tertuju pada ujung sepatunya.
“Iya, Hito, nggak papa ….”
Terkesan datar-datar saja bukan? Namun bandingkan jika
seperti ini.
“Airin, maafin gue. Kesalahan gue emang nggak patut
buat dimaafin ….” Hito berucap dengan pandangan tertuju pada ujung sepatunya.
“Kenapa gue harus maafin lo, Hito? Kalo emang lo nggak
suka sama gue, nggak seharusnya lo ngelempar telur busuk dan bikin gue malu
satu sekolahan! Lo nggak punya hati tau nggak!” pekik Airin, dadanya naik turun
menahan gejolak amarahnya.
“Gue tau, Airin … maafin gue ….”
“Gue nggak sudi maafin lo, Hito!”
Bagaimana, terasa lebih hidup bukan? Kira-kira seperti
itu contohnya, ya!
4. Tips selanjutnya
untuk membuat dialog terkesan hidup adalah ….
Tidak semua dialog harus dijawab dengan langsung. Tidak
semua tokoh saat berbicara harus dijawab dengan langsung. Contohnya seperti
ini:
“Kenapa gue harus maafin lo, Hito? Kalo emang lo nggak
suka sama gue, nggak seharusnya lo ngelempar telur busuk dan bikin gue malu
satu sekolahan! Lo nggak punya hati tau nggak!” pekik Airin, dadanya naik turun
menahan gejolak amarahnya.
Hito terdiam, pasokkan oksigennya menipis begitu
mendengar perkataan dari Airin. Hito menarik napasnya dalam-dalam, tangannya
meremas ujung seragamnya kemudian Hito berkata, “Gue tau, Airin … maafin gue ….”
Airin tertawa, ia mencoba menyelami bola mata Hito
seolah mencari perasaan bersalah dari dalam diri pemuda itu. Airin lagi-lagi
tersenyum sinis kemudian berkata, “Gue nggak sudi maafin lo, hito!”
Bagaimana, terasa lebih hidup dan nyata bukan?
5. Tips yang terakhir
yang akan saya bagikan adalah setelah kalian menulis dialog, coba bacalah
dialog kalian dengan bersuara, tapi jangan keras-keras, ya! Tujuannya agar
kalian bisa merasakan bagaimana tokoh kalian berbicara dalam cerita, selain itu
agar rasa nyata dialog lebih ngena dan terasa sampai ke hati.
Baiklah, mungkin
itu saja tips menghidupkan dialog dalam cerita. Kesimpulannya, selain
menerapkan tips-tips di atas, kalian tetap harus menulis terus, latihan terus
agar bisa menghidupkan cerita.
Pemahaman tanpa
eksekusi terasa tak ada artinya! Jika kalian paham pada materi dan kalian
eksekusikan dengan membuat cerita, ilmu yang klaian pelajari tak akan sia-sia.
Baiklah, semangat
menulis!
Menulis aja dulu!
Bagus kak ,terus berkarya .
BalasHapusMemang harus berlatih, menuangkan apa yang dikepala ke tulisan itu juga perlu dilatih, karena dialog dikepala sudah ada, tapi pas turun ke keyboard, jadi stug 😂
BalasHapus